Sunday, March 6, 2011

Garda Republik di ujung Sebatik


Yappssss...... masih sejengkal kisah saya di pulau Sebatik, yang pulaunya di bagi dua menjadi milik Indonesia dan Malaysia. Di pulau Sebatik terdapat 18 patok yang menjadi batas kedua negara di pulau ini. Uniknya di sekitar patok 3, di desa Aji Kuning, kecamatan Sebatik Induk ada beberapa rumah yang langsung berbatasan dengan beranda negara tetangga kita Malaysia. Rumah rumah tersebut memiliki ruang tamu hingga ruang tengah di wilayah Indonesia, dan dapur di wilayah Malaysia.

Salah satu sudut di desa Sungai Pancang Sebatik


Banyak perahu perahu kecil berbendera Malaysia lalu lalang di belakang patok 3 tersebut,  hal ini karena di belakang patok 3 terdapat sungai kecil yang bermuara ke lautan yang besebelahan langsung dengan kota Tawau, Malaysia. Biasanya perahu perahu tersebut mengangkut kebutuhan pokok masyarakat pulau Sebatik seperti gas, beras, gula dan beberapa produk bahan pokok lainnya lainnya. Sebagai gantinya, masyarakat Sebatik menjual hasil kebunnya seperti pisang, cacao, atau kelapa sawit ke Malaysia. Untuk melakukan transaksi sendiri di sini tidaklah sulit, mereka telah terbiasa melakukan bisnis perdagangan dengan dua mata uang sekaligus. Bahkan di Sebatik banyak warung atau toko yang biasa menggunakan Ringgit Malaysia sebagai alat tukar.
Selain bertugas menjaga patok patok perbatasan, saya juga melihat sesuatu yang unik dilakukan oleh para serdadu di pos aji Kuning ini. Untuk mengisi waktu luang selama penugasan di perbatasan, Letda Inf Suradi berinisiatif untuk mengajarkan anak anak yang tinggal disekitaran pos PamTas Aji Kuning, untuk belajar bahasa inggris. Latar belakang beliau mengajarkan bahasa Inggris, dikarenakan perbedaan yang jauh dalam dunia pendidikan antara pebatasan Indonesia dan Malaysia. Memang jikalau kita melihat perbandingan dengan beranda malaysia di Tawau jelas sekali terlihat perbedaannya. Dilihat dari segi pembangunan saja kita tertinggal jauh, apalagi dalam hal dunia pendidikan. 


Sebenarnya kalau saya lihat, kemampuan berbahasa Inggris dari Letda Inf Suradi sendiri masih ada keterbatasan ( Sorry bang Sur heheheh...) namun beliau tetap semangat untuk mengajarkan anak anak tersebut agar tidak kalah dengan anak anak sebaya di negeri tetangga. Selain mengajarkan bahasa Inggris, Letda Inf suradi juga mengajarkan sikap disiplin, dan keberanian.  Ketika saya bertanya kepada beliau, adakah perubahan yang terjadi tehadap anak anak tersebut? beliau dengan bangga menyatakan kepada saya bahwa anak anak di Aji Kuning ini sudah ada perubahan sikap dan mental. Terbukti ketika kunjungan Wapres Boediono ketika menyambangi tempat belajar di pos Aji Kuning tersebut, anak anak begitu antusias bertanya kepada pak  Wapres ujarnya lagi. Hal ini membuat Wapres Boediono yang pada waktu itu berkunjung menjadi puas. 


Saya pikir, tidak semua serdadu bisa melakukan hal hal seperti ini, tidak saja menjaga kedaulatan negeri ini tapi juga memberikan sesuatu yang positif buat benih benih negeri ini dan mencetaknya sebagai garda di ujung negara. ANTANG... Berani... Setia... Jaya....!!!


Bersama personil Pos PamTas Aji Kuning, setelah berpatroli di patok 7

2 comments: